Sejumlah anggaran dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta 2020, tengah jadi sorotan.
Pasalnya, ada sejumlah anggaran yang ditemukan anggota DPRD DKI Jakarta.
Anggaran yang paling menghebohkan adalah rencana pembelian lem aibon senilai Rp 82,8 miliar yang ditemukan anggota DPRD DKI Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Aditya Sarana.
Selain William Aditya, anggaran janggal lainnya juga ditemukan anggota DPRD DKI dari Fraksi PDI Perjuangan, Ima Mahdiah.
Ima menemukan sejumlah anggaran janggal saat melakukan penyisiran anggaran Dinas Pendidikan.
Satu di antaranya anggaran untuk pembelian pasir senilai Rp 52,16 miliar.
Ima bingung lantaran anggaran pasir masuk dalam Biaya Operasional Pendidikan SMP dan SMK.
“Ini pasir di situ tertulisnya untuk alat peraga sekolah. Totalnya Rp 52 miliar buat apa itu?” tanyanya.
“Dia di SMKN (jurusan) bisnis manajemen. Memangnya bisnis manajemen ada pasirnya?” lanjutnya.
Ima Mahdiah merupakan orang baru di DPRD DKI Jakarta, tapi ia bukan sosok asing.
Ima adalah mantan staf Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjajaha Purnama alias Ahok/BTP.
Biodata Ima Mahdiah
Ima Mahdiah lahir di Jakarta, 23 Juni 1991.
Perempuan berusia 27 tahun ini adalah lulusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina.
Saat kuliah, ia pernah diajar oleh Bima Arya yang kini menjadi Wali Kota Bogor.
Awal kenal dengan Ahok
Tugas kuliah yang diberikan Bima Arya menjadi titik awal perkenalan Ima pada Ahok/BTP.
Saat duduk di semester pertama, Ima mendapat tugas Politik Indonesia untuk mengikuti keseharian anggota DPR.
“Waktu itu, kami disuruh mengikuti keseharian anggota DPR yang masih muda dan benar-benar fight untuk rakyat,” kata Ima saat berbincang dengan TribunJakarta.com, Kamis (2/5/2019).
Singkat cerita, pilihan Ima jatuh pada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu duduk sebagai anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Golkar.
Alasannya, Ahok membalas pesannya lebih dulu ketimbang anggota DPR lain.
Setelah mengikuti kegiatan Ahok, Ima yang semula pesimis menjadi kagum pada sosok mantan Bupati Belitung Timur ini.
Ima dan rekannya kelelahan menempel Ahok yang saat itu tak henti-henti menjumpai warga.
Jadi staf Ahok
Komunikasi Ima dengan pria kelahiran Belitung itu tak berhenti hanya pada tugas kuliah.
Bahkan terus bertahan hingga Ahok maju sebagai calon independen dalam Pilkada DKI 2012.
Ima menjadi satu di antara tim sukses yang gencar mengumpulkan KTP.
Dia pun rutin menerima keluhan warga selama mengampanyekan Ahok.
Meski di tengah jalan akhirnya Ahok maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi Joko Widodo, bagi Ima itu tak masalah.
Saat Ahok menjabat sebagai wakil gubernur pada 2012 hingga jadi Gubernur DKI Jakarta dan lengser pada 2017, Ima Mahdiah setia menjadi staf Ahok.
Disarankan Ahok
Setelah sekian lama jadi timses, kini gantian Ahok yang jadi timses Ima Mahdiah.
Ahok mendukung penuh langkah Ima untuk maju sebagai caleg DPRD dari PDI Perjuangan.
“Dari Pak Ahok saya belajar kalau saya di dalam (pemerintahan) saya akan bantu banyak orang,” kata Ima.
Ima lantas maju sebagai caleg dari Dapil DKI Jakarta 10 meliputi Kecamatan Grogol Petamburan, Kebon Jeruk, Kembangan, Pal Merah, dan Taman Sari)
Tak tanggung-tanggung, setelah keluar dari penjara, Ahok ikut Ima berkampanye demi mendukung Ima.
Di media sosialnya, Ahok juga mengajak para pendukungnya untuk memilih Ima di Pileg 2019.
Hasilnya, Ima Mahdiah menjadi caleg Dapil Jakarta 10 dengan perolehan suara tertinggi dari PDI Perjuangan.
Ia meraup 30.591 suara sehingga mengantarnya duduk di kursi DPRD DKI Jakarta.
Padahal, Ima bisa dibilang wajah baru dalam kancah politik Ibu Kota.
Kini, Ima duduk sebagai anggota di Komisi E DPRD DKI Jakarta yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat.
Temukan Anggaran Janggal
Ima Mahdiah mengaku akan rajin memelototi APBD DKI Jakarta, sama seperti apa yang dilakukan mentornya, Ahok
Hasilnya, Ima menemukan anggaran janggal lain selain rencana pembelian pasir senilai Rp 52,16 miliar.
Sebut saja seperti pembelian thinner (pengencer cat), helm proyek, hingga penghapus cair atau tipex.
Pengadaan 438.000 thinner sebesar Rp 40,1 miliar; 456.000 helm proyek sebesar Rp 34,27 miliar; dan 97.000 tipex dengan anggaran Rp 31,61 miliar.
Selain itu, ditemukan pula cat minyak berwarna sebesar Rp 19,78 miliar, cat tembok sebesar Rp 18,91 miliar, dan kaca bening Rp 18,53 miliar.
“Ada thinner ada helm proyek terus ada penghapus cair. Ini setelah Pak Anies marah-marah, ya jadi bukannya sebelum Pak Anies marah-marah terus kita soroti lagi.”
“Ada cat tembok, kaca bening, rotring, penghapus cair atau tipex,” ujar Ima saat ditemui di ruangannya, lantai 7, Gedung DPRD DKI, Kamis (7/11/2019).
Ima bingung karena barang seperti cat tembok, thinner, cat minyak tidak dianggarkan dalam anggaran rehab sekolah tetapi dibuat terpisah.
“Terus cat tembok buat apa? Kan sudah ada renovasi sekolah sih aku enggak tahu juga berapa triliun buat renovasi.”
“Itu yang nanti mau kita pertanyakan di pembahasan RAPBD mungkin di banggar juga nanti komisi sudah selesai,” kata dia, dikutip dari Kompas.com.
Untuk tipex dan rotring, menurut Ima seharusnya bisa dimasukkan dalam anggaran Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Sehingga siswa bisa memilih ingin membeli pulpen, tipex, atau bisa ditabung. [Tribunnews.com]
Foto: Dionisius Arya Bima Suci/TribunJakarta